Positif dan gembira
March 23, 2007
Tersebutlah seorang karyawan sebuah perusahaan bonafid. Penampilan luarnya 'mahal'. Pakaian, aksesori, tingkah laku dan gaya berbicara yang sehari-hari melekat dengannya mencerminkan hal itu. Selaiknya profesional muda metropolitan. Sampai pada suatu saat, tersiar kabar yang seharusnya menjadi rahasia besarnya: tempat tinggalnya tidak mempunyai fasilitas MCK yang memadai. Ia dan keluarga melakukan aktivitas 'K' di kali dekat kompleks perumahannya (bukan di WC umum, atau jumbleng atau apapun. Benar-benar jongkok di udara terbuka).
Jujur, saya tidak habis pikir. Sempat saya berpikir neko-neko, menghakimi dia dengan bertubi tuduhan kejam (tentu saja di dalam hati lho). Bermuka dualah, overactinglah, tidak menerima kenyataanlah, kacang lupa kulitlah, blablabla.
Tapi kemudian saya mencoba melihat dari sisi lain. Ia memang tidak pernah menceritakan (aib?) itu kepada siapapun. Mungkin karena tidak ada yang bertanya (ngapain juga ya?), atau juga ia tidak merasa hal itu sesuatu yang perlu diberitakan, atau dikeluhkan.
Ya. Ia tidak mengeluh. Ia tetap positif. Ia tertawa dan bersemangat. Ia tetap bergaul tanpa sedikitpun rasa minder. Dan itu cukup sebagai alasan untuk memandang ia sebagai orang yang luar biasa.
(Positif dan gembira. Hidup ala Coca-Cola. Halah)
Jujur, saya tidak habis pikir. Sempat saya berpikir neko-neko, menghakimi dia dengan bertubi tuduhan kejam (tentu saja di dalam hati lho). Bermuka dualah, overactinglah, tidak menerima kenyataanlah, kacang lupa kulitlah, blablabla.
Tapi kemudian saya mencoba melihat dari sisi lain. Ia memang tidak pernah menceritakan (aib?) itu kepada siapapun. Mungkin karena tidak ada yang bertanya (ngapain juga ya?), atau juga ia tidak merasa hal itu sesuatu yang perlu diberitakan, atau dikeluhkan.
Ya. Ia tidak mengeluh. Ia tetap positif. Ia tertawa dan bersemangat. Ia tetap bergaul tanpa sedikitpun rasa minder. Dan itu cukup sebagai alasan untuk memandang ia sebagai orang yang luar biasa.
(Positif dan gembira. Hidup ala Coca-Cola. Halah)