<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20516250\x26blogName\x3dHASTO+ANGGORO\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://hastoanggoro.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://hastoanggoro.blogspot.com/\x26vt\x3d813154366030461087', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Fyre Futsal

March 14, 2008

Opening May 2008! See you there

The Beginning

March 06, 2008

Biru bersih tanpa awan membayangi langit. Udara yang begitu dingin memaksa setiap orang mempercepat laju berjalan mereka. Sekedar membuat napas terengah untuk memberikan tubuh rasa hangat. Riuh burung merpati menyergap setiap remah makanan yang diberikan pejalan kaki yang lewat. Seakan tak mau kalah berpacu dengan matahari, yang walaupun tidak terlihat, beranjak naik ke atas kepala.

Seorang lelaki tua meyandarkan sepedanya dengan pelan ke dinding luar sebuah kedai kopi. Ia tak peduli dengan tatapan curiga orang-orang di dalam kedai. Ia seakan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Warna kulit yang berbeda dengan orang kebanyakan memang membuatnya tampak menonjol. Keputusan untuk tetap selalu mengenakan topi hitam khas negara asalnya juga membuat orang lain melirik sekilas. Ia terlihat aneh. Bahkan di kota multikultural seperti Munich.

Langkah lelaki itu tiba-tiba terhenti ketika menuju ke kursi favoritnya.

Matanya menghujam ke sebuah televisi.

Hampir satu menit tayangan televisi itu berlangsung, perhatiannya habis tersita. Tak sedikitpun ia beranjak dari tempatnya berdiri. Tubuhnya seakan kaku. Matanya berangsur memerah nanar. Rasa haru terbaca jelas dari raut wajahnya.

Ingatannya menerobos jauh ke puluhan tahun yang silam.

Tentang seorang pemimpin besar dari masa lalu yang amat dikaguminya. Seseorang yang kepadanya ia tak ragu memanggil teman. Sekaligus sebagai orang yang telah membuat ia sangat menderita. Seseorang yang daripadanya ia sembunyikan rapat sebuah rahasia besar. Seseorang yang mempunyai kebangsaan sama dengan dirinya.

Televisi itu meyiarkan berita, mantan pemimpin itu meninggal dunia.