<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20516250\x26blogName\x3dHASTO+ANGGORO\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://hastoanggoro.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://hastoanggoro.blogspot.com/\x26vt\x3d813154366030461087', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

For the real man, please stand up!!!!

December 12, 2006

"Wah udah penuh ya, nggak ada kursi lagi", kata seorang ibu. "Iya nih, turun aja apa ya?", sahut ibu yang lain. "Jangan lah, ntar kita telat check-in lagi. Nunggu bus belakang penuh bisa seperempat jam lebih lagi berangkat."

Alhasil, berdirilah mereka di koridor sempit bus bandara. Dan sialnya, mereka berdiri tepat di samping saya (yang mendapat kursi). Sepanjang perjalanan pikiran sayapun sibuk berdebat. "Kursi gw kasih gak ya?" / "Ah, salah mereka sendiri dong, berangkat mepet." / "Nah, rugi dong loe jadi laki-laki, masa nggak mau ngalah buat ibu-ibu." / "Biarin aja ah, orang lain nggak ada yang ngasih tempat juga kok."

Dan begitulah, selama perjalanan dari Gambir ke Cengkareng yang sejam kurang sedikit itu saya saya memutuskan untuk tetap duduk manis, tidak beranjak dari kursi barang sedikitpun. Begitu juga para pria di sekitar saya.

Kasus seperti itu mungkin akan berbeda jika terjadi di dalam busway, misalnya. Peraturan yang menyebutkan kursi untuk wanita hamil, orang tua, anak-anak dan orang cacat diprioritaskan lumayan ditaati oleh penumpang, terutama para pria yang menjadi obyek peraturan. Dengan rela mereka berdiri sepanjang perjalanan, 'menyerahkan' kursi yang didapat dengan susah payah kepada subyek peraturan yang baru saja masuk. Kalau di bis biasa, apalagi metromini, boro-boro ada prosesi serah terima kursi, peduli saja nggak.

Pertanyaannya sekarang; apa yang menyebabkan seseorang (dalam hal ini pria) taat pada peraturan? Merujuk pada kasus busway, takut malu akan sanksi sosial (bukan hukum) merupakan alasan utama. Takut dicap tidak tahu sopan santun, bebal dll. Ada lagi alasan supaya terlihat jantan. Atau sedang bawa gandengan atau calon pacar.

(Atau mungkin, malu dianggap tidak tahu malu.)

leave a comment