Corporate culture
January 25, 2007
Kami berdua, saya dan pacar, menghabiskan waktu Minggu sore di restoran cepat saji McD. Tidak banyak sebenarnya yang kami pesan. Setelah kurang lebih 15 menit, kami telah menghabiskan 1 burger dan 1 spaghetti. Bungkus kosongnya kami letakkan di nampan beserta kantong kentang goreng yang masih berisi separuh. Tiba-tiba ada karyawan McD menghampiri, dia menanyakan apakah kami sudah selesai. Belum sempat kami mengiyakan, ia sudah mengambil nampan tersebut dan membawanya ke garbage spot (kebetulan letaknya berdekatan dengan posisi kami duduk). Kami setengah berteriak memanggil, tapi ia (mungkin) tidak mendengar dan lempeng saja membuang seluruh isi nampan.
Mengapa kami tidak lebih gigih mempertahankan isi kentang goreng yang masih separuh itu? Mungkin dari cerita di atas kami terkesan pasrah saja menyaksikan kentang goreng itu terbuang sia-sia. Ada beberapa alasan, pertama, tentu saja kami malu kalau harus berteriak-teriak keras di publik. Kedua, apakah hanya gara-gara kentang separuh, kami harus keukeuh berteriak memanggil si karyawan itu? Ketiga, ilfil dong makanan yang sudah hampir sampai di bibir tempat sampah kami makan lagi? Keempat, pacar saya tidak mau kami menjadi penyebab karyawan tersebut dimarahi atasannya hanya gara-gara missed dalam kerjaannya (kalau saya sih sebaliknya hehehe).
Komitmen luar biasa dari seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya adalah satu hal yang baik, tentu saja. Tetapi yang patut dipertanyakan adalah seberapa keras sebuah sistem dijalankan. Dalam hal ini bisa dibilang karyawan tersebut mengambil mentah-mentah sebuah peraturan dan sama sekali tidak mengindahkan esensinya. Ia tidak berusaha untuk mengecek lebih teliti. Ia menjalankan peraturan yang telah digariskan oleh perusahaan dengan tidak memperhatikan imbasnya pada pelanggan.
Bukankah peraturan tersebut bertujuan untuk membantu pelanggan lebih nyaman dalam menikmati hidangan? Dan juga untuk membuat lingkungan bersih, bebas dari sampah, enak dipandang dan sehingga menarik minat lebih banyak pengunjung?
(Kedua hal tersebut tidak kami dapatkan, setidaknya di McD itu. Entah di McD lain. Soalnya saya sudah ketagihan nikmatnya brown sauce Prosperity Burger, hehehe, nyam!)
Mengapa kami tidak lebih gigih mempertahankan isi kentang goreng yang masih separuh itu? Mungkin dari cerita di atas kami terkesan pasrah saja menyaksikan kentang goreng itu terbuang sia-sia. Ada beberapa alasan, pertama, tentu saja kami malu kalau harus berteriak-teriak keras di publik. Kedua, apakah hanya gara-gara kentang separuh, kami harus keukeuh berteriak memanggil si karyawan itu? Ketiga, ilfil dong makanan yang sudah hampir sampai di bibir tempat sampah kami makan lagi? Keempat, pacar saya tidak mau kami menjadi penyebab karyawan tersebut dimarahi atasannya hanya gara-gara missed dalam kerjaannya (kalau saya sih sebaliknya hehehe).
Komitmen luar biasa dari seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya adalah satu hal yang baik, tentu saja. Tetapi yang patut dipertanyakan adalah seberapa keras sebuah sistem dijalankan. Dalam hal ini bisa dibilang karyawan tersebut mengambil mentah-mentah sebuah peraturan dan sama sekali tidak mengindahkan esensinya. Ia tidak berusaha untuk mengecek lebih teliti. Ia menjalankan peraturan yang telah digariskan oleh perusahaan dengan tidak memperhatikan imbasnya pada pelanggan.
Bukankah peraturan tersebut bertujuan untuk membantu pelanggan lebih nyaman dalam menikmati hidangan? Dan juga untuk membuat lingkungan bersih, bebas dari sampah, enak dipandang dan sehingga menarik minat lebih banyak pengunjung?
(Kedua hal tersebut tidak kami dapatkan, setidaknya di McD itu. Entah di McD lain. Soalnya saya sudah ketagihan nikmatnya brown sauce Prosperity Burger, hehehe, nyam!)
1:22 PM
jangan jangan ituh petugas niatnyah mo ngusir pake cara halus..??
*nyengir..*
betewe, kenapa commentnya gak dibuka buat umum? :)