Lemari besi isinya jeruk, melambai aja yuuk?
January 30, 2007
Pria muda dengan gigi putih, rambut rapih dan wajah bersih (berima!) melenggok dengan luwesnya di hadapan klien, kontradiktif dengan postur tegapnya. Gerak-gerik tubuhnya cenderung genit dan tatapan matanya seringkali melirik nakal ke arah lawan bicaranya. Wangi parfum branded tercium samar namun konstan dari tubuhnya. Ungkapan-ungkapan gaul semacam 'cape de', 'maksud loe?', 'ya iya laah', dll (btw getow loh sudah basi .red) lancar keluar dari mulut pria muda itu.
Ia bukan orang yang melambai (b***i is a very strong word for me, I prefer not to use it). Sama sekali bukan. Ia adalah gambaran umum pekerja kantoran perusahaan kelas menengah atas di ibukota. Terutama yang berkutat di penjualan, promosi atau humas. Mereka adalah pria, namun kurang beperilaku layaknya seorang pria.
Namun kalau di luar jam tugas, (jam kantor yang nine to five seringkali kurang bagi para profesional muda ini) mereka kembali ke kodrat sebagai pria. Tertawa keras tanpa tangan menutupi mulut, bersendawa sembarangan atau meliuk-liuk di lalu-lintas padat Jakarta dengan keberanian dan ketangkasan berkendara yang hanya dimiliki kaum Adam. Topeng yang mereka kenakan langsung dilepas setelah jam tugas selesai. Dan dikenakan lagi secepat tugas memanggil. Begitu mudah.
Dunia marketing memang kejam. Dunia yang mengandalkan kecakapan berkomunikasi ini cukup ketat dalam menyeleksi calon penghuninya. Hanya manusia yang dikaruniai tampak luar di atas rata-rata saja yang diterima. Tampang Anda pas-pasan? Maaf. Carilah pekerjaan lain. Tidak hanya itu, kepribadian juga diseleksi. Anda introvert? Maaf sekali lagi. Dunia profesional mengharapkan Anda aktif, dinamis dan juga eksplosif. Tidak ada istilah diam itu emas. Yang ada : banyak bicara menghasilkan uang.
Masalahnya, 'keharusan untuk berbicara' itu kemudian bergeser menjadi perilaku yang menyimpang dari seharusnya seorang pria bersikap. Saya tidak komplain dengan sikap ramah ataupun murah senyum. Seorang tenaga penjualan memang harus mempunyai sikap itu. Tapi mbok ya'o jangan menjadi orang lain. Jangan karena mengatasnamakan tuntutan profesi, Anda menyimpang dari kepribadian Anda sendiri. Juga jangan sampai terlalu terbiasa menggunakan topeng hingga akhirnya tidak bisa terlepas. Tapi sekali lagi, semua itu pilihan.
Ngono yo ngono tur mbok yo ojo ngono. Ya toh?
(Anda dari Mars? Siap-siap saja. Bumi sedang berubah menjadi Venus.)
Ia bukan orang yang melambai (b***i is a very strong word for me, I prefer not to use it). Sama sekali bukan. Ia adalah gambaran umum pekerja kantoran perusahaan kelas menengah atas di ibukota. Terutama yang berkutat di penjualan, promosi atau humas. Mereka adalah pria, namun kurang beperilaku layaknya seorang pria.
Namun kalau di luar jam tugas, (jam kantor yang nine to five seringkali kurang bagi para profesional muda ini) mereka kembali ke kodrat sebagai pria. Tertawa keras tanpa tangan menutupi mulut, bersendawa sembarangan atau meliuk-liuk di lalu-lintas padat Jakarta dengan keberanian dan ketangkasan berkendara yang hanya dimiliki kaum Adam. Topeng yang mereka kenakan langsung dilepas setelah jam tugas selesai. Dan dikenakan lagi secepat tugas memanggil. Begitu mudah.
Dunia marketing memang kejam. Dunia yang mengandalkan kecakapan berkomunikasi ini cukup ketat dalam menyeleksi calon penghuninya. Hanya manusia yang dikaruniai tampak luar di atas rata-rata saja yang diterima. Tampang Anda pas-pasan? Maaf. Carilah pekerjaan lain. Tidak hanya itu, kepribadian juga diseleksi. Anda introvert? Maaf sekali lagi. Dunia profesional mengharapkan Anda aktif, dinamis dan juga eksplosif. Tidak ada istilah diam itu emas. Yang ada : banyak bicara menghasilkan uang.
Masalahnya, 'keharusan untuk berbicara' itu kemudian bergeser menjadi perilaku yang menyimpang dari seharusnya seorang pria bersikap. Saya tidak komplain dengan sikap ramah ataupun murah senyum. Seorang tenaga penjualan memang harus mempunyai sikap itu. Tapi mbok ya'o jangan menjadi orang lain. Jangan karena mengatasnamakan tuntutan profesi, Anda menyimpang dari kepribadian Anda sendiri. Juga jangan sampai terlalu terbiasa menggunakan topeng hingga akhirnya tidak bisa terlepas. Tapi sekali lagi, semua itu pilihan.
Ngono yo ngono tur mbok yo ojo ngono. Ya toh?
(Anda dari Mars? Siap-siap saja. Bumi sedang berubah menjadi Venus.)